NUSANTARAMERDEKA,- Penyebaran wabah cacar monyet atau monkeypox (MPox), dalam dua tahun terakhir telah menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia. Dengan adanya kejadian ini, Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) menetapkan MPox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global atau publik health emergency of international concern (PHEIC) untuk yang kedua kalinya termasuk Indonesia.
Dr. Eggi Arguni, dosen FK-KMK UGM menyampaikan bahwa wabah ini pertema ditemukan tahun 1958 di Denmark dimana penyakit ini memiliki gejala sangat mirip dengan kasus smallpox (cacar) yang telah dieradikasi tahun 1980. Bahkan khusu untuk anak-anak dirinya memberikan pandangan serta saran terkait pencegahan wabah cacar monyet di Indonesia.
Dalam dua tahun terakhir, dunia kembali dikejutkan dengan menyebarnya wabah cacar monyet atau monkeypox (MPox). Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) juga telah menetapkan MPox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global atau public health emergency of international concern (PHEIC) untuk yang kedua kalinya. Menanggapi keadaan darurat ini, berbagai negara termasuk Indonesia, terus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah laju penyebaran virus yang menular ini. Dr. Eggi Arguni, selaku dosen FK-KMK UGM yang berpengalaman dalam menyikapi penyakit menular khususnya untuk anak-anak, turut memberikan pandangan serta saran terkait pencegahan wabah cacar monyet di Indonesia.
Untuk ciri-ciri gejala monkeypox Meski gejala Mpox lebih ringan daripada smallpox, Mpox dapat menyebar sewaktu-waktu dan menjadi wabah di beberapa wilayah. Untuk masa inkubasi bisa mencapai 3 minggu dapat menyebabkan virus menjadi lebih cepat tersebar luas.
“Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2 hingga 4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan kematian,” ujarnya dilansir dari laman UGM.
Eggi menyebutkan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara penularan penyakit ini.
Ia menyampaikan bahwa penularannya dapat melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung. Kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi, atau droplet pernapasan, serta kontak langsung melalui hubungan seksual.
“Ruam di kulit, cairan tubuh, dan koreng sangat menular. Pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain,” jelas Eggi.
Seperti yang diketahui, virus Mpox memiliki genomik DNA yang panjang. Sehingga berdasarkan teorinya, virus ini akan mengalami evolusi yang lebih lambat dibandingkan dengan virus dengan genomik yang lebih pendek, misalnya SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
“Para ahli masih terus mempelajari evolusi virus ini, karena dengan adanya perubahan virus bisa menyebabkan timbulnya clade (sebuah bagian dari virus) yang lebih mudah menular dan lebih menimbulkan sakit berat,” jelas Eggi.
Menurutnya, wabah cacar monyet ini telah disebut sebagai keadaan darurat lantaran telah menimbulkan banyak kematian, sehingga tidak dapat dianggap remeh
Eggi juga menekankan agar Pemerintah dapat segera membuat sebuah sosialisasi mengenai wabah Mpox kepada masyarakat khususnya tentang penyebaran dan gejala virus ini. Testing juga harus dilakukan supaya dapat diketahui kelompok orang yang terinfeksi dan lebih cepat memutus transmisi.
Eggi menyampaikan beberapa tindakan pencegahan transmisi yang dapat dilakukan oleh orang yang sudah terinfeksi antara lain untuk tetap di rumah, menghindari kontak erat dengan orang lain, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, menutupi bagian tubuh yang terluka.
Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga telah melaporkan adanya 88 kasus Monkeypox terkonfirmasi di Indonesia, sehingga perlu melakukan tindakan pencegahan agar wabah ini tidak makin menyebar.*