Daerah

Virus RSV Penyebarannya Sangat Cepat di Musim Penghujan

Moh Khadlel
×

Virus RSV Penyebarannya Sangat Cepat di Musim Penghujan

Sebarkan artikel ini
Penderita RSV (Foto : Istimewa)

NUSANTARAMERDEKA,-Dengan adanya fenoma virus baru yang masuk ke Indonesia virus Resiratory Syncytial Virus(RSV) menjadi PR baru bagi setiap Daerah dalam menyikapi virus ini. Khususnya bagi seluruh masyarakt harus berhati hati dengan virus ini deikarenakan penyebarannya yang begitu cepat.Ditambah dengan musim di Indonesia saat ini memasuki musim penghujan,yang mempercepat penyebaran virus ini.

Respiratory syncytial virus (RSV) merupakan virus pernapasan yang tersebar luas dan dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan sekresi pernapasan dari mereka yang terinfeksi. Biasanya virus ini menunjukkan gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, dr. Daru Mustiko Aji, Senin (23/12/24) melalui pesan WhatsApp Massangernya mengatakan, “Infeksi virus RSV akan menimbulkan gejala mirip pilek atau flu, antara lain hidung berair, batuk, bersin, napas mengi, demam, nafsu makan berkurang, dan tubuh lemas. Gejala infeksi RSV biasanya muncul setelah 4–6 hari sejak pasien terpapar virus.”

Saat musim penghujan seperti ini, penyebaran virus RSV ini sangat rentan apalagi terhadap usia anak-anak yang masih memiliki kekebalan rendah. Dokter Daru melanjutkan, ada kasus infeksi RSV ringan, dimana jika perawatan di rumah dapat membantu mempercepat pemulihan penyakit ini. “Infeksi virus RSV akan hilang dengan sendirinya setelah 1–2 minggu,” terangnya.

Sementara itu, untuk prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam 3 tahun di Asia Tenggara mencapai 15,2 juta kasus dan di Indonesia, prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam tiga tahun bisa mencapai 6,1 juta kasus.

Dirinya juga menguraikan bahwa bagi kelompok rentan, penyakit infeksi saluran pernapasan ini dapat memicu komplikasi serius, termasuk bronkiolitis, asma, dan infeksi telinga tengah. “Dengan pengobatan infeksi yang ringan dapat dilakukan di rumah, tetapi kasus parah mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit,” pungkasnya.

Dilain sisi, dr. Fariz Nurwidya, SpP(K), PhD, pihaknya mencatat peningkatan tingkat positif kejadian RSV di antara subjek yang diuji pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukkan beban infeksi RSV yang signifikan seperti “fenomena gunung es,” di mana jumlah kasus terdeteksi hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi di populasi.